Kakek Moyang Nusantara dan Pluralisme

Agama Hindu merupakan agama yang pertama kalinya memperkenalkan diri di Bumi Nusantara. Banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari konsep-konsep ajarannya. Terima atau tidak, agama inilah yang telah membudaya untuk kali pertamanya di Indonesia sehingga Islam yang datang belakangan-pun harus menyesuaikan ajarannya dengan budaya setempat.

Di dalam Agama Hindu dikenal konsep Trimurti, yaitu tiga Dewa yang menguasai Alam Semesta; yaitu Brahma sebagai Pencipta, Wisnu sebagai Pemelihara dan Siva sebagai Pengakhir. Agama Hindu mempunyai tiga sekte; 1. Saiwa, Sekte yang lebih mengutamakan Dewa Siva, 2. Vaisnava, Sekte yang lebih mengutamakan Dewa Wisnu, 3. Sakta, Sekte yang lebih mengunggulkan Dewi Sakti.

Dewi Sakti sebenarnya bukan berasal dari konsep Agama Hindu. Ia ada sebelum suku Arya datang ke India. Bukti keberadaan suku Aryan ini terdapat di beberapa situs purbakala peninggalan India di Mohenjo Daro dan Harappa (sekarang terletak di Pakistan). Dewi Sakti merupakan representasi dari kekuatan wanita di balik lelaki. Dewi ini selanjutnya dikenang dalam sebuah sekte, yakni sekte Sakta. Selanjutnya tiga sekte agama Hindu tersebut dalam perkembangannya, Dewa Brahma tidak terbentuk menjadi sekte tertentu.

Konon, dahulu hingga saat ini dua di antara tiga sekte tersebut, Saiwa dan Vaisnava bersaing ketat dalam rangkaian kisah mitologinya sehingga perbedaan dalam satu wadah tersebut terasa cukup membawa kesan persaingan.
Nyata bahwa Hindu dari India-lah kali pertama agama yang memasuki Nusantara. Agama Hindu yang masuk ke Indonesia adalah Hindu Sekte Saiwa. Sedangkan sekte Vaisnava tidak memasuki bumi Nusantara. Beda India, Beda pula Indonesia. Sekte Saiwa yang berkembang di Nusantara sama sekali tidak pernah bersaing, bahkan pemeluk sekte Saiwa tersebut sangat mengesankan persahabatan dengan paham keagamaan sekte Vaisnava.

Candi Prambanan merupakan saksi bisu akan suasana pluralistik tersebut. Candi tersebut merupakan tempat peribadatan yang dibuat oleh umat Hindu-Saiwa untuk memuji Dewa Siva, namun pahatan yang terdapat di sekeliling candi ini menggambarkan kisah Ramayana dan Krisna yang merupakan titisan Dewa Wisnu. Dari sini kita bisa melihat bahwa Sekte Saiwa menghargai Sekte Vaisnava. Citra kepahlawanan Wisnu berkembang di Jawa sebagai Dewa yang selalu menyelamatkan umat manusia. Di sisi lain memang posisinya adalah sebagai pemelihara alam semesta.

Indonesia musti bangga akan sejarah kesatuan dan suasana pluralistik (antar sekte dalam satu agama) yang berkembang pada masa itu. Salah satu ungkapan dari Kitab Sutasoma oleh Mpu Tantular sepatutnya menjadi cerminan bagi kita dalam mewujudkan kembali suasana keberagamaan yang terkemas dalam penghargaan kepada sekte lain dalam satu wadah. Bhinne Ika Tunggal Ika (Beda Itu Satu Itu) Tan Hanna Dharma Mangrwa (Tidak Ada Kebenaran / Darma yang mendua). Wujud eksoteris boleh berbeda, namun wujud dan tujuan esoteris pasti sama.

Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hanna Dharma Mangrwa !!! Bersatulah Indonesiaku !!!
Read more